Jejak Anregurutta KH. Sayyid Muhammad Rijal Assegaf: Tokoh NU dan Ulama Kharismatik Maros

banner 468x60

KH. Sayyid Muhammad Rijal Assegaf atau yang lebih akrab dikenal sebagai Puang Rijal, lahir pada 28 Februari 1955 di Maros dan wafat pada 11 September 2022 di Rumah Sakit AURI Dodi Sarjito, Makassar, pada pukul 22.22 WITA. Beliau merupakan salah satu ulama besar Sulawesi Selatan, khususnya di Kabupaten Maros, yang mewarisi tradisi keilmuan Islam dari garis keluarga Assegaf, keturunan Ba’alawi Hadramaut, yang telah lama dikenal sebagai penjaga tarekat, pendidikan, dan dakwah Islam di kawasan ini. Sejak kecil, KH. Sayyid Muhammad Rijal Assegaf telah tumbuh dalam lingkungan religius yang kuat. Ia menempuh pendidikan dasar hingga sekolah agama di PGAP dan PGAA DDI Mangkoso, yang dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan Islam terkemuka di Sulawesi Selatan. Pendidikan formalnya ia lanjutkan hingga ke Fakultas Syariah IAIN Alauddin Makassar dan meraih gelar sarjana pada tahun 1982. Selain menempuh jalur pendidikan formal, beliau juga mendalami ilmu-ilmu keislaman klasik, mulai dari nahwu, sharaf, balaghah, fiqh, tauhid, hingga tasawuf yang kelak menjadi landasan kuat dalam kiprah dakwahnya.

 

Setelah menyelesaikan pendidikan, KH. Sayyid Muhammad Rijal Assegaf mengabdi sebagai pegawai negeri di Kementerian Agama Kabupaten Maros sejak tahun 1982 hingga 2010. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Maros pada tahun 2001 hingga 2010. Selain di birokrasi, beliau juga berkiprah aktif dalam dunia pendidikan sebagai Kepala MTs dan SMA DDI Alliritengae Maros sejak tahun 1982 hingga 1992. Selepas purna tugas dari birokrasi, beliau kembali mengabdikan diri di dunia akademik dengan menjabat sebagai Ketua STAI DDI Maros dari tahun 2012 hingga 2021, sekaligus mengajar di perguruan tinggi tersebut sejak tahun 1998. Kiprah panjang beliau dalam pendidikan ini menunjukkan dedikasinya yang besar dalam mencetak generasi muda yang berilmu dan berakhlak.

 

KH. Sayyid Muhammad Rijal Assegaf juga dikenal aktif dalam berbagai organisasi keagamaan dan sosial. Ia pernah menjadi aktivis IPNU, PMII, dan bahkan sempat menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Maros periode 1992 hingga 1997. Di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU), beliau dikenal sebagai tokoh sentral yang membawa misi moderasi Islam yang mengedepankan nilai tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), dan tasamuh (toleran). Peran beliau di NU bukan hanya bersifat struktural, tetapi juga substantif dalam membangun pemikiran dan penguatan kaderisasi NU di Maros dan Sulawesi Selatan. Beliau menjadi rujukan utama dalam berbagai isu keagamaan, sosial, dan kebangsaan bagi pengurus NU di berbagai tingkatan, baik di PCNU Maros, PWNU Sulawesi Selatan, hingga jaringan keilmuan NU di tingkat nasional.

 

Sebagai ulama NU, KH. Sayyid Muhammad Rijal Assegaf dikenal sebagai penjaga nilai-nilai tradisi Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah yang bersanding harmonis dengan budaya lokal Bugis-Makassar. Kiprahnya terlihat dalam perannya sebagai pembina, penasehat, sekaligus guru spiritual bagi banyak kader NU, baik di lingkungan pesantren, madrasah, maupun lembaga pendidikan tinggi Islam. Ia juga aktif memberikan kontribusi pemikiran di forum-forum NU.Di banyak kesempatan, beliau tampil sebagai juru damai di tengah ketegangan sosial dan perbedaan pandangan di internal umat Islam, dengan mengedepankan hikmah, kasih sayang, dan kecintaan pada persatuan.

 

KH. Sayyid Muhammad Rijal Assegaf juga dikenal aktif dalam MUI dan JATMAN Sulawesi Selatan, dua lembaga yang sangat dekat dengan spirit moderasi NU. Peran strategisnya sebagai pembina tarekat dan pengawal moderasi beragama sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Maros khususnya, dan Sulawesi Selatan pada umumnya. Kiprahnya bahkan menjangkau tingkat Ormas NU, MUI, dan JATMAN di Sulsel. Sikapnya yang terbuka, rendah hati, dan penuh adab menjadikan beliau tokoh yang dihormati lintas generasi. Tidak hanya dalam struktur formal organisasi, beliau juga giat membimbing masyarakat melalui pengajian, majelis taklim, hingga halaqah keilmuan yang membentuk karakter keagamaan masyarakat Maros yang ramah dan bersahaja.

 

Sebagai seorang ulama tarekat, KH. Sayyid Muhammad Rijal Assegaf memperoleh ijazah tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf dari ayahandanya, Syekh Sayyid Abdul Mutthalib Assegaf, pada tahun 1979. Selain itu, beliau juga mendapat ijazah tarekat Muhammadiyah As-Sanusiyah dari Puang Ramma dan mertuanya, KH. Muhammad Nur, pada tahun 1996. Tradisi tarekat ini beliau wariskan secara langsung melalui bimbingan spiritual kepada jamaah yang luas, bukan hanya di Maros tetapi juga di berbagai wilayah Sulawesi Selatan. Melalui pendekatan tasawuf inilah beliau dikenal sebagai figur yang senantiasa menekankan keseimbangan antara ilmu syar’i dan ilmu bathin dalam membentuk pribadi Muslim yang kaffah.

 

Reputasi KH. Sayyid Muhammad Rijal Assegaf semakin menguat karena akhlaknya yang luhur dan kearifan dalam bermuamalah. Sosoknya dikenal tenang, jarang marah, selalu mengutamakan adab dalam setiap interaksi, dan memiliki kesederhanaan yang memikat hati banyak orang. Tidak mengherankan jika saat wafatnya, para tokoh agama, pejabat pemerintahan, akademisi, hingga masyarakat biasa berbondong-bondong melayat ke rumah duka di Maros. MUI Sulawesi Selatan secara khusus memberikan penghormatan terakhir, menandakan betapa besarnya pengaruh dan kecintaan umat kepadanya. Ia dikenang sebagai sosok yang selalu mengajarkan kesejukan, kedamaian, dan menjaga harmoni antara agama dan budaya lokal Bugis-Makassar.

 

Warisan KH. Sayyid Muhammad Rijal Assegaf bukan sekadar dalam bentuk institusi, tetapi juga dalam bentuk kaderisasi ulama dan ribuan murid yang kini tersebar di berbagai daerah sebagai guru, da’i, akademisi, dan pemimpin masyarakat. Meski beliau tidak banyak meninggalkan karya tulis, pemikiran dan jejaknya tetap hidup dalam tradisi keilmuan yang diwariskan melalui pesantren, madrasah, dan perguruan tinggi yang beliau bina. Warisan terbesar beliau adalah keteladanan: bagaimana menjadi ulama yang istiqamah dalam ilmu, bersahaja dalam hidup, dan ikhlas membimbing umat menuju kebaikan. KH. Sayyid Muhammad Rijal Assegaf wafat meninggalkan keteladanan yang akan selalu dikenang, khususnya oleh masyarakat Maros sebagai ulama kharismatik, pendidik sejati, penjaga warisan Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang ramah, teduh, penuh kasih, dan selalu menjunjung tinggi persatuan umat.

 

 

Oleh:Zaenuddin Endy

Komunitas Pecinta Indonesia dan Nusantara (KOPI-NU)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *