Peringati 16HAKTP, NUO Soroti Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi Melalui Dialog Women Talk

banner 468x60

Aseranews.com, Yogyakarta – Nasaruddin Umar Office (NUO) melaluinya Direktorat of Women’s Program menyelenggarakan Seminar 16 HAKTP yang berlangsung di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin (01/12/2025).

 

Seminar ini mengangkat tema “Women Talk: Dialog Anti Kekerasan terhadap Perempuan di Lingkungan Perguruan Tinggi”, dengan menghadirkan narasumber yakni Dr. Nur Rofi’ah Bil. Uzm dan Dr. Witriani, M.Hum.

 

Kegiatan ini dilaksanakan melalui kolaborasi antara NUO, Pusat Pengarusutamaan Gender dan Hak Anak (P2GHA), PLT PPKS UIN Sunan Kalijaga, serta melibatkan panitia lokal yang terdiri dari Moragister, Alumni Pesantren Al-Ikhlas, Cadar Garis Lucu dan Gusdurian.net.

 

Kegiatan ini di buka dengan paparan Anregurutta Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A selaku Mentri Agama RI sekaligus Founder NUO, dalam paparannya ia mengungkapkan bahwa masih banyak kasus Kekerasan seksual yang terjadi di perguruan tinggi,

 

“Ini tentu memprihatinkan, telah ada aturan-aturan yang dibuat untuk mengatur tentang kekerasan seksual, namun realitanya kasusnya masih banyak ditemukan, olehnya perlu ada sosialisasi dan edukasi mendalam untuk pencegahan dan penanganan Kekerasan seksual itu sendiri,” tuturnya melalui zoom meeting.

 

Selanjutnya Prof. Noorhaidi Hasan,S. Ag.,M.A.,M.Phil.,Ph.D selaku rektor UIN Sunan Kalijaga dalam sambutannya saat membuka acara mengajak audiens melihat persoalan ketidaksetaraan gender secara utuh.

 

“ketimpangan relasi antara laki-laki dan perempuan bukan hanya persoalan wacana atau tafsir agama, tetapi bagian dari realitas sosial yang dihadapi banyak masyarakat di dunia,” ungkapnya.

 

Pada kesempatan tersebut ia juga mendorong agar semua pihak membaca persoalan ini dengan lebih jerni dan berani melihat akar-akar struktural yang membuat perempuan mengalami ketertindasan.

 

Adapun A. Tenri Wuleng selalu Director of Women’s Program NUO, di awal sambutan dan laporannya mendorong agar perguruan tinggi betul-betul serius dalam penanganan dan pencegahan Kekerasan seksual,

 

“Angka kekerasan seksual yang terjadi setiap harinya bukan sekedar statistik belaka, tapi ia adalah bentuk bagaimana perguruan tinggi tidak serius dalam penanganannya,” tuturnya.

 

Selain itu, perempuan yang akrab di sapa Tenri tersebut juga menambahkan bahwa seminar 16 HAKTP ini dilakukan di UIN Sunan Kalijaga mengingat kampus ini mendapat penghargaan dari Komnas Perempuan sebagai Kampus dengan Pencegahan Kekerasan Seksual terbaik se-Indonesia.

 

Dalam materinya, Nyai Dr. Nur Rofi’ah, Bil.Uzm mengajak peserta untuk melihat kembali spirit keadilan dalam Al-Qur’an. Ia menuturkan bahwa keadilan hadir ketika Al-Qur’an dibaca sebagai sebuah sistem yang menyambungkan antara akidah, akhlak dan panduan praktis kehidupan,

 

“Penafsiran yang terpotong-potong dapat menghadirkan ketidakadilan, terutama terhadap perempuan yang selama berabad-abad berada dalam posisi dirugikan,” tuturnya.

 

Adapun Dr. Witriani, M.Hum., dalam materinya menyoroti pengalaman korban kekerasan seksual di kampus. Ia menggambarkan betapa beratnya beban psikologis dan sosial yang membuat korban sulit bersuara. Berdasarkan risetnya, ketiadaan sistem pengaduan yang aman menjadi kendala terbesar.

 

“Ketakutan akan stigma, tekanan keluarga, kekhawatiran terhadap nilai kuliah, hingga rasa tidak aman ketika pelaku memilikiposisi otoritas,” ungkap kepala International Office UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut.

 

Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 300 peserta dari mahasiswa, sivitas akademika UIN Sunan Kalijaga, dan lembaga-lembaga keperempuanan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *