Aseranews.com – Harga komoditas pangan pokok, beras, terus mengalami lonjakan signifikan, mencapai titik yang membebani daya beli masyarakat. Saat ini, harga beras di pasaran telah tembus Rp360 ribu hingga Rp400 ribu per 25 kilogram (kg), jauh di atas harga normal yang membuat warga menjerit.
Situasi ini diungkapkan oleh seorang pedagang beras di Pasar Terong, Jalan Bawakaraeng, Kecamatan Bontoala Kota Makassar, Hj. Nira, Senin (21/7/2025). Menurutnya, kenaikan harga ini telah berlangsung secara bertahap sejak bulan April lalu.
“Harga beras merek Mawar Melati sekarang Rp360 ribu per 25 kg, merek Jempol Rp375 ribu, dan yang paling mahal merek Tiga Mawar Rp400 ribu,” ungkap Nira, memberikan gambaran jelas tentang rentang harga yang melonjak. Kenaikan harga ini bervariasi antara Rp500 hingga Rp1.000 per hari, tergantung pada kualitas beras yang masuk ke pasar.
Sebelumnya, beras dengan kemasan 25 kg masih bisa didapatkan dengan harga sekitar Rp350 ribu. “Tidak langsung naik. Biasanya naik Rp500 tergantung kualitas beras. Kalau panennya bagus, bisa naik Rp1.000,” papar Nira, menjelaskan pola kenaikan yang perlahan namun pasti membebani konsumen. Sementara itu, harga eceran beras per liter kini berkisar antara Rp12 ribu hingga Rp14 ribu, juga tergantung jenis dan kualitasnya.
Meskipun harga terus merangkak naik, Hj. Nira mengakui bahwa losnya di Pasar Terong tetap ramai pembeli. Hal ini tidak mengherankan, mengingat beras adalah kebutuhan pokok utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. “Pembeli tetap ada, karena beras kebutuhan utama. Ada yang cari yang lebih murah, ada juga yang tetap beli seperti biasa,” ujarnya, menggambarkan dilema yang dihadapi konsumen.
Situasi ini jelas menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat, terutama ibu rumah tangga yang bertanggung jawab penuh atas alokasi belanja kebutuhan dapur. Salah satunya adalah Sari, seorang ibu rumah tangga yang ditemui di pasar. Ia mengaku sangat terbebani dengan mahalnya harga beras saat ini.
“Harus sesuaikan lagi alokasi belanja bulanan. Beras kan kebutuhan utama, jadi tetap harus dibeli walaupun mahal,” keluhnya. Sari berharap agar pemerintah tidak berdiam diri dan segera mengambil langkah cepat untuk menstabilkan harga beras agar tidak semakin memberatkan masyarakat. “Semoga pemerintah punya solusi yang ampuh. Kasihan kalau harga terus naik,” harapnya.
Menanggapi lonjakan harga ini, pemerintah melalui Perusahaan Umum Bulog sebenarnya telah melakukan upaya intervensi pasar. Hj. Nira menyebutkan bahwa penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Bulog sudah mulai masuk ke pasar sejak dua minggu yang lalu.
Beras SPHP ini dijual dengan harga yang lebih terjangkau, yakni Rp62.500 per 5 kg, dengan batas pembelian maksimal 10 kg per orang. “Beras Bulog sudah masuk dua minggu lalu. Lumayan membantu tekan harga,” kata Nira. Kehadiran beras SPHP dari Bulog memang sedikit memberikan angin segar bagi masyarakat yang mencari alternatif harga yang lebih ekonomis.
Namun, masyarakat berharap intervensi ini dapat diperluas dan lebih masif agar dampak stabilisasi harga dapat dirasakan secara merata dan berkelanjutan. Kenaikan harga beras yang bertahap namun signifikan ini perlu menjadi perhatian serius pemerintah untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan pangan pokok bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama di Kota Makassar.








