Jejak KH. Makka Abdullah: Tokoh NU Sidrap dan Pendiri PMII Parepare

banner 468x60

Dalam sejarah perkembangan Nahdlatul Ulama (NU) di Sulawesi Selatan, nama KH. Makka Abdullah menempati posisi penting, terutama di wilayah Sidrap dan Parepare. Ia bukan sekadar ulama biasa, tetapi sosok yang meletakkan dasar gerakan keagamaan berbasis Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah yang moderat, inklusif, dan nasionalis di dua daerah penting tersebut. Jejak perjuangannya tidak hanya tercatat dalam sejarah lembaga NU, tetapi juga dalam sejarah lahirnya gerakan intelektual mahasiswa, khususnya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Kota Parepare.

 

KH. Makka Abdullah lahir dari lingkungan keluarga santri yang kuat memegang tradisi keilmuan Islam. Pendidikan keagamaannya ditempuh secara berjenjang, baik di pesantren lokal maupun menimba ilmu kepada ulama-ulama besar di luar daerah. Karakter kepemimpinannya terasah dari muda. Ia dikenal sebagai pribadi yang teguh dalam prinsip, santun dalam bertutur, dan luas dalam wawasan keagamaan. Sikapnya yang merangkul semua kalangan, baik masyarakat awam maupun cendekiawan, menjadikannya tokoh sentral yang dihormati di Sidrap dan sekitarnya.

 

Perjalanan KH. Makka Abdullah dalam memperkuat NU di Sidrap beriringan dengan upayanya meneguhkan basis Ahlussunnah wal Jamaah melalui jalur pendidikan dan dakwah. Ia kerap menjadi rujukan dalam berbagai problematika keagamaan masyarakat. Tidak hanya sebatas khutbah dan ceramah, beliau aktif menginisiasi majelis-majelis ilmu yang rutin mengkaji kitab-kitab turats, membangun tradisi keilmuan yang akrab dengan NU: mengedepankan ilmu, adab, dan akhlak. Di bawah kepemimpinannya, NU Sidrap dikenal progresif, dekat dengan masyarakat akar rumput, dan kokoh dalam menjaga tradisi keislaman yang moderat.

 

Namun, kiprah KH. Makka Abdullah tidak berhenti di wilayah Sidrap. Ia turut menjadi arsitek lahirnya PMII Parepare, organisasi mahasiswa yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah dan lahir dari rahim NU. Melalui jejaringnya dengan para mahasiswa dan tokoh muda NU, ia melihat pentingnya sebuah wadah intelektual bagi generasi muda NU untuk memperkuat identitas, membangun intelektualitas, sekaligus menjaga komitmen kebangsaan. Di tangan beliau, PMII Parepare tidak hanya berdiri sebagai organisasi, tetapi menjadi pusat kaderisasi yang melahirkan banyak tokoh pergerakan, cendekiawan, dan politisi di Sulawesi Selatan.

 

Keterlibatan KH. Makka Abdullah dalam pendirian PMII Parepare bukan semata soal organisasi, tetapi bagian dari strategi kebudayaan NU dalam menghadapi tantangan zaman, terutama arus ideologi transnasional yang kala itu mulai menggerogoti identitas keislaman lokal. Ia percaya, mahasiswa harus dipersiapkan tidak hanya secara spiritual, tapi juga intelektual dan ideologis, agar dapat menjadi garda depan yang menjaga nilai keislaman yang ramah dan kebangsaan yang kokoh.

 

Di berbagai kesempatan, KH. Makka Abdullah selalu menekankan pentingnya sinergi antara ulama, umara, dan cendekiawan muda. Baginya, NU bukan sekadar organisasi keagamaan, melainkan benteng sosial budaya yang menjaga moral masyarakat, sekaligus mitra strategis negara dalam membangun peradaban. Oleh sebab itu, ia aktif merajut hubungan baik dengan berbagai pihak: pemerintah, akademisi, tokoh lintas agama, dan masyarakat adat.

 

Warisan intelektual KH. Makka Abdullah tidak hanya tertinggal dalam catatan sejarah, tetapi hidup dalam ingatan para kader yang pernah berinteraksi langsung dengannya. Banyak alumni PMII Parepare yang hari ini menempati posisi penting di pemerintahan, perguruan tinggi, maupun organisasi sosial, mengaku mendapatkan inspirasi keteladanan dari sosoknya. Kesederhanaan hidup, keteguhan prinsip, kecintaan pada ilmu, dan komitmen menjaga tradisi lokal adalah nilai-nilai yang terus dipegang oleh mereka yang pernah disentuh oleh pendidikan dan dakwah KH. Makka Abdullah.

 

Anregurutta wafat dalam usia 91 tahun pada tanggal 23 Desember 2020 di Sidrap.Meski telah wafat, nama KH. Makka Abdullah tetap harum di kalangan NU Sidrap maupun PMII Parepare. Peringatan haulnya sering dijadikan momentum refleksi bagi kader-kader muda NU untuk melanjutkan perjuangan beliau dalam menjaga Islam yang ramah, merawat tradisi, dan meneguhkan komitmen kebangsaan. Dalam sejarah NU Sulawesi Selatan, ia tercatat sebagai salah satu pilar penting yang menjembatani generasi ulama dan intelektual muda.

 

Jejak KH. Makka Abdullah mengajarkan kita bahwa perjuangan membangun peradaban tidak cukup hanya dengan mimbar dakwah atau podium politik, tetapi juga melalui proses panjang kaderisasi, pembinaan, dan penguatan akar tradisi. Ia adalah contoh nyata bagaimana seorang ulama dapat membangun kekuatan umat bukan dengan kekerasan, tapi dengan ilmu, akhlak, dan cinta tanah air. KH.jejak Abdullah adalah ulama yang menanam, bukan sekadar meninggalkan jejak.

 

 

Oleh: Zaenuddin Endy

Wakil Sekretaris PW IKA PMII Sulawesi Selatan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *