PC PMII Purwokerto Sukses Gelar Bedah Buku Inovasi Pengawasan Pemilu 2024

banner 468x60

Aseranews – Dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya pengawasan pemilu menjelang Pemilu 2025, Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Purwokerto menyelenggarakan kegiatan bedah buku yang bertajuk “Inovasi Pengawasan Pemilu 2024” karya Lolly Suhenty, S.Sos.I. M.H. Kegiatan yang berlangsung pada hari Jumat 31 Januari 2025 di Pendopo Sipanji Purwokerto.

 

Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber kompeten di bidangnya, yaitu Reni Zuhriyah, S.Pd.I selaku Koordivisi Humas Bawaslu Kabupaten Banyumas, Amin Latif, S.Sos selaku Koordivisi SDM, Organisasi, Pendidikan dan Pelatihan Bawaslu Kabupaten Banyumas serta Lutfi Makhasin, S. IP., M.A., Ph.D.

 

Bedah buku ini dilaksanakan yakni karena sebagai generasi muda, kita memiliki tanggung jawab besar dalam mengawal jalannya demokrasi di negeri ini. Melalui kegiatan bedah buku ini, PMII berharap dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada para peserta tentang pentingnya pengawasan pemilu dan bagaimana cara berpartisipasi aktif dalam proses pengawasan tersebut.

 

Reni Zuhriyah memberikan pemaparan komprehensif mengenai pendekatan preventif dalam pengawasan pemilu seperti yang ada dalam buku “Inovasi Pengawasan Pemilu 2024” karya Lolly Suhenty ini. Beliau menyimpulkan bahwa dalam buku ini ada bentuk potensi pelanggaran yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pemilu. “Berdasarkan pengalaman pengawasan pada pemilu-pemilu sebelumnya, kami menemukan bahwa banyak pelanggaran yang sebenarnya dapat dicegah jika kita memiliki sistem pengawasan yang kuat dan melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat seperti yang dijelaskan dalam buku ini” jelasnya.

 

Lebih lanjut, beliau setuju dengan isi buku bahwa pendekatan preventif terbukti lebih efektif dalam mencegah terjadinya pelanggaran pemilu dibandingkan dengan tindakan represif. Menurutnya, dengan mengedepankan pencegahan, potensi pelanggaran dapat diantisipasi sejak dini sehingga tidak menimbulkan dampak yang lebih besar. “Pendekatan preventif ini sangat penting karena kita ingin memastikan bahwa seluruh tahapan pemilu berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan mencegah pelanggaran, kita juga menjaga integritas pemilu dan kepercayaan masyarakat terhadap proses demokrasi,” tegasnya.

 

Dalam paparannya juga membagikan beberapa strategi preventif yang telah berhasil diterapkan di Kabupaten Banyumas. Strategi tersebut meliputi peningkatan sosialisasi regulasi pemilu kepada seluruh pemangku kepentingan, pemberdayaan pengawas pemilu di tingkat desa, serta pengoptimalan peran media sosial sebagai sarana edukasi dan pengawasan partisipatif. “Kami telah melihat dampak positif dari implementasi strategi-strategi ini. Jumlah pelanggaran pemilu di Kabupaten Banyumas mengalami penurunan signifikan pada pemilu terakhir,” ungkapnya dengan bangga.

 

Kemudian Lutfi Makhasin memberikan perspektif akademis mengenai pentingnya sinergi antara lembaga pengawas pemilu dengan masyarakat. Dalam presentasinya yang mendalam, beliau menekankan bahwa keberhasilan pengawasan pemilu tidak bisa hanya mengandalkan lembaga formal seperti Bawaslu. “Meskipun secara kelembagaan kita sudah memiliki Bawaslu sampai Pengawas TPS, tetapi tanpa partisipasi aktif dari masyarakat, kita tidak mungkin bisa mengawasi dengan efektif mengingat banyaknya TPS yang tersebar di seluruh wilayah,” jelasnya.

 

Berbagai bentuk partisipasi masyarakat yang dapat dilakukan dalam pengawasan pemilu seperti yang dijelaskan dalam buku karya Lolly Suhenty. Mulai dari pengawasan langsung di TPS, pelaporan dugaan pelanggaran, hingga peran aktif dalam sosialisasi dan edukasi pemilu kepada masyarakat luas. “Partisipasi masyarakat tidak hanya terbatas pada hari pemungutan suara saja, tetapi harus dimulai sejak tahap persiapan hingga penghitungan suara selesai,” tambahnya.

 

Sebagai akademisi, Lutfi juga menyoroti pentingnya peran mahasiswa dalam pengawasan pemilu. Menurutnya, mahasiswa memiliki posisi strategis sebagai agen perubahan dan motor penggerak partisipasi masyarakat. “Mahasiswa dengan kemampuan literasi digital yang baik dapat membantu mengoptimalkan pengawasan berbasis teknologi. Selain itu, jaringan sosial yang dimiliki mahasiswa juga dapat dimanfaatkan untuk memperluas jangkauan sosialisasi dan edukasi pemilu,” paparnya.

 

Amin Latif memberikan pemaparan praktis mengenai strategi pencegahan kecurangan pemilu melalui sosialisasi dan pembentukan desa pengawasan. Beliau mengawali presentasinya dengan memaparkan data-data terkait efektivitas sosialisasi dalam mencegah terjadinya pelanggaran pemilu. “Berdasarkan evaluasi yang kami lakukan, desa-desa yang aktif melakukan sosialisasi pemilu memiliki tingkat pelanggaran yang jauh lebih rendah dibandingkan desa-desa yang minim sosialisasi,” ungkapnya.

 

Konsep desa pengawasan yang telah berhasil diterapkan di beberapa wilayah dan ada dalam buku pula. Konsep ini melibatkan pemberdayaan struktur pemerintahan desa dan tokoh masyarakat dalam mengawasi seluruh tahapan pemilu di wilayahnya. “Pencegahan kecurangan di pemilu dapat dilakukan melalui berbagai upaya, salah satunya adalah dengan sosialisasi, baik itu melalui media sosial ataupun secara langsung. Selain itu, pembentukan desa pengawasan juga terbukti efektif dalam mencegah terjadinya pelanggaran pemilu,” jelasnya.

 

Dalam paparannya, Amin juga menekankan pentingnya penggunaan media sosial sebagai sarana sosialisasi dan pengawasan pemilu. Menurutnya, di era digital seperti sekarang, media sosial memiliki peran strategis dalam menyebarluaskan informasi dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengawasan pemilu. “Kita harus mengoptimalkan penggunaan platform digital untuk menjangkau generasi muda yang merupakan pemilih mayoritas pada Pemilu 2025,” tegasnya.

 

 

Kegiatan bedah buku ini tidak hanya memberikan pemahaman teoretis tentang pengawasan pemilu, tetapi juga memberikan bekal praktis bagi para peserta untuk berpartisipasi aktif dalam mengawasi jalannya pemilu. Melalui kegiatan ini, PMII Purwokerto telah menunjukkan perannya sebagai organisasi kepemudaan yang peduli terhadap kualitas demokrasi di Indonesia.

 

Para peserta yang hadir mengaku mendapatkan banyak manfaat dari kegiatan ini. “Saya merasa beruntung hadir dalam acara ini, setidaknya pemikiran saya lebih terbuka terhadap isu yang ada di masyarakat” ujar Umayya selaku peserta bedah buku.

 

Mereka tidak hanya memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya pengawasan pemilu, tetapi juga mendapatkan inspirasi untuk terlibat aktif dalam proses pengawasan.

 

“Setelah mengikuti kegiatan ini, saya jadi lebih paham tentang bagaimana cara berpartisipasi dalam pengawasan pemilu. Informasi yang disampaikan para narasumber sangat bermanfaat dan aplikatif,” ujar Nisa, salah satu peserta.

 

Para peserta berharap kegiatan serupa dapat kembali diselenggarakan di masa mendatang dengan tema-tema yang lebih spesifik terkait pengawasan pemilu. PMII Purwokerto sendiri berkomitmen untuk terus mengadakan kegiatan-kegiatan edukatif yang berkontribusi pada peningkatan kualitas demokrasi di Indonesia.

 

Melalui kegiatan bedah buku “Inovasi Pengawasan Pemilu 2024” ini, PMII Purwokerto telah memberikan kontribusi nyata dalam upaya meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilu. Kegiatan ini juga menjadi bukti bahwa organisasi kepemudaan memiliki peran strategis dalam mewujudkan pemilu yang bersih, jujur, dan demokratis di Indonesia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *