Sekelumit Kenangan Bersama Sahabat Muhammad Tonang

H. Muh.Tonang
banner 468x60

Kenangan akan seseorang yang telah pergi sering kali membekas begitu dalam di hati. Kehilangan sahabat sejati seperti H. Muh. Tonang adalah duka yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Namun, dalam duka ini, saya ingin mengabadikan memori indah, perjuangan, suka, dan duka yang pernah kami lalui bersama sejak masa muda di Pesantren Biru Watampone, hingga akhir hayatnya.

 

Pertemuan kami bermula di Pesantren Biru Watampone, tempat kami memulai langkah pertama dalam mendalami ilmu agama. Tonang yang dalam geng kami di Pesantren dikenal atau dipanggil dengan David adalah sosok yang ceria, penuh semangat, dan selalu memberikan warna di setiap kebersamaan. Di pesantren, ia sering kali menjadi pusat perhatian karena kepribadiannya yang tenang dan senyum manisnya yang khas.

 

Saya masih ingat betul bagaimana kami sering bergadang di malam hari, bukan hanya untuk mengulang hafalan, tetapi juga untuk berdiskusi panjang tentang mimpi-mimpi besar kami. Tonang selalu berkata, “Kelak, kita harus menjadi orang yang bermanfaat bagi banyak orang.” Ucapannya itu tidak hanya menjadi motivasi, tetapi juga cerminan tekadnya yang luar biasa.

 

Selepas masa pesantren, jalan kami kembali bersinggungan di organisasi PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Di sini, Tonang memperlihatkan sisi kepemimpinannya yang tegas namun penuh kasih. Bersamanya, saya belajar arti solidaritas dan pengabdian.

 

Ada momen yang tidak akan pernah saya lupakan, saat kami harus berjalan kaki jauh melewati lorong-lorong untuk menghadiri pelatihan kader di Mesjid Attasning Alauddin. Perjalanan itu melelahkan, tetapi Tonang, dengan senyum khasnya, terus menyemangati kami. “Kalau kita menyerah sekarang, bagaimana kita mau memperjuangkan kepentingan umat?” katanya. Ucapannya itu seperti cambuk yang membuat kami terus melangkah.

 

Setelah masa mahasiswa, perjuangan kami berlanjut di Ansor. Di sini, Tonang kembali menunjukkan kepedulian dan integritasnya. Ia sering kali menjadi penengah dalam berbagai konflik dan selalu mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.

 

Dalam sebuah acara pelantikan, saya pernah menyaksikan bagaimana ia rela melepas kepentingannya demi memastikan acara berjalan lancar. Ia adalah contoh nyata seorang pemimpin yang melayani, bukan hanya memimpin.

 

Kehidupan kami tidak selalu berjalan mulus. Ada masa-masa sulit yang kami lalui bersama. Namun, Tonang selalu memiliki cara untuk membuat semuanya terasa lebih ringan. Ketika saya merasa putus asa, ia adalah orang pertama yang datang dan berkata, “Kamu nggak sendiri. Kita hadapi ini bersama.”

 

Saya juga ingat saat ia tertawa terbahak-bahak karena candaan kecil yang saya lontarkan, bahkan di tengah situasi serius. Tonang percaya bahwa humor adalah cara terbaik untuk menjaga semangat. Bahkan kami memiliki rahasia berdua dalam berorganisasi untuk sama-sama bergerak kendatipun mungkin kadang-kadang kelihatan berbeda arah.

 

Ketika kabar duka tentang kepergiannya datang, saya merasa seperti kehilangan bagian penting dari hidup saya. Namun, saya yakin, semangatnya akan selalu hidup dalam hati orang-orang yang pernah mengenalnya.

 

Tonang adalah sahabat, saudara, dan guru kehidupan bagi saya. Ia telah pergi, tetapi kenangannya akan terus menjadi pelita di setiap langkah saya.

 

Selamat jalan, Sahabat H. Muh. Tonang. Perjuanganmu, tawamu, dan semangatmu akan selalu kami rindukan. Semoga Allah SWT menempatkanmu di tempat terbaik di sisi-Nya.

 

Terima kasih atas semua kebersamaan, suka, dan duka yang telah kita lalui. Engkau adalah bukti bahwa persahabatan sejati tidak akan pernah pudar, bahkan oleh kematian sekalipun.

Tenanglah DI Sisinya Wahai Sahabatku

Alfatihah

Penulis : Endy

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *