Interfaith Harmony Camp Bimas, ISNU Tekankan untuk Kawal Gerakan Ekoteologi Kemenag RI

banner 468x60

Aseranews.com, Jakarta-Bimbingan Masyarakat (BIMAS) Kementrian Agama RI menggelar Interfaith Harmony Camp Bertajuk “Kolaborasi Lintas Agama untuk Ekoteologi, Harmoni dan Kemanusiaan”, yang berlangsung di Camp Hulu Cai, Ciawi, Bogor.

 

Kegiatan tersebut diadakan selama 2 (dua) hari Jum’at-Sabtu, 21-22 November 2025. Menghadirkan kurang lebih 150 peserta dari lintas agama (Islam, Hindu, Budha, Kristen, Katolik dan Konghucu) serta OKP dan komunitas keagamaan lainnya.

 

Dr.Muhammad Adib Abdhussomad,M.Ag.,M.Ed.,Ph.D, selaku Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kemenag RI (PKUB-Kemenag RI) dalam paparannya mengungkapkan bahwa Indonesia akan menjadi poros toleransi dunia.

 

“Jalur emas adalah Metodologi revolusioner yang menekankan inklusivitas dan membangun consensus berdasarkan metafora lingkaran dengan kebenaran sebagai pusatnya, The Golden Pathways (TGP) dengan memastikan bahwa semua kelompok agama memiliki suara dalam proses pembuatan kebijakan,” ujarnya.

 

Ia juga menekankan bahwa TGP dapat menjadi salah satu alat penting untuk menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia. Menurutnya, semakin banyak pohon yang ditanam, semakin kuat pula simbol toleransi yang dapat terbangun di tengah masyarakat,” imbuhnya.

 

Dr.H.Ahmad Zayadi,M.Pd selaku Plt. Direktur Penerangan Agama Islam Ditjen Bimas Islam Kemenag RI menegaskan pentingnya penguatan kerukunan umat beragama, wawasan kebangsaan, dan ekoteologi dalam kegiatan Harmony Interfaith Camp.

 

Dalam paparannya, ia menyampaikan bahwa Indonesia sebagai bangsa majemuk dengan 6 (enam) agama resmi serta ratusan suku dan budaya memiliki kekayaan keberagaman yang sekaligus rentan dimanfaatkan untuk konflik, terutama di tengah meningkatnya intoleransi, polarisasi, dan ujaran kebencian.

 

Karena itu, ruang dialog lintas iman diperlukan guna memperkuat persatuan, dengan pemuda sebagai energi moral dan sosial bangsa.

Triasih Kartikowati yang merupakan pengurus Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) sekaligus peserta pada pada kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa, “ISNU akan terus mendukung dan mengawal implikasi dari gerakan Ekoteologis sebagai upaya untuk menjaga alam dan manusia tempat kita tinggal sebagai masyarakat Nusantara yang heterogen,” Pungkasnya.

 

Perempuan yang akrab disapa “Cite” itu juga berharap, kegiatan Ekoteologi yang mempertemukan masyarakat lintas agama dan lintas generasi dapat terus berlanjut sebagai ruang dialog antariman.

 

“Melalui kegiatan ini, kita bisa belajar lebih banyak tentang alam, keseimbangan, dan bagaimana perjumpaan lintas iman menjadi tempat kita memahami arti penerimaan,” tutupnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *