PMII Gowa Desak Evaluasi Total 1 Tahun Pemerintahan Prabowo–Gibran, Awal Nugraha harap hadirkan Keadilan Sosial 

Aksi Demonstrasi PMII Cabang Gowa evaluasi Kepemimpinan 1 Tahun Prabowo-Gibran di Jalan Sultan Alauddin Depan Kampus 1 UIN Alauddin Makassar.
banner 468x60

Aseranews.com, Gowa — Terik matahari tak mampu meredam amarah mahasiswa, Puluhan kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat UINAM Cabang Gowa menggelar aksi demonstrasi di depan Kampus I UIN Alauddin Makassar, Jalan Sultan Alauddin, Senin (20/10/2025).

 

Dengan Grand isu “Indonesia Remuk, Merah Putih Unclear,” mereka menyuarakan kekecewaan terhadap arah pemerintahan Prabowo–Gibran yang dinilai membawa bangsa menuju keterpurukan.

 

Spanduk bertuliskan kritik tajam, simbol-simbol perlawanan, dan suara toa yang memecah udara menjadi saksi kemarahan intelektual muda terhadap janji-janji manis rezim yang kian hambar.

 

Dalam aksi itu, mahasiswa menilai bahwa pemerintahan saat ini gagal menjaga marwah bangsa dan justru menciptakan kekacauan di berbagai sektor, terutama pendidikan.

 

Jenderal lapangan aksi, Awal Nugraha, tampil di barisan depan dengan suara lantang yang mengguncang suasana.

 

“Program ini tidak sesuai dengan realita di lapangan. Banyak kasus keracunan makanan yang dialami siswa, biaya pendidikan masih mahal dan cenderung dikomersialisasi. Isu pendidikan terkesan tidak menjadi prioritas,” tegasnya dalam orasi.

 

Awal menilai bahwa jargon kesejahteraan rakyat hanya menjadi ilusi. Pemerintah dianggap sibuk mengatur citra dan melanggengkan kepentingan elit, sementara rakyat kecil dibiarkan bertahan di tengah mahalnya biaya hidup dan pendidikan. “Merah putih tak lagi tegas warnanya, karena kebijakan negara hari ini berdiri di atas abu keadilan,” tambahnya.

 

PMII Gowa juga menyoroti bagaimana pemerintahan Prabowo–Gibran gagal menghadirkan keadilan sosial. Dari sektor hukum yang tumpul ke atas, tajam ke bawah, hingga kriminalisasi aktivis yang masih marak terjadi semuanya disebut sebagai tanda bahwa demokrasi tengah sakit parah.

 

Mereka menegaskan bahwa kondisi bangsa hari ini bukan sekadar carut-marut kebijakan, melainkan bentuk keruntuhan nilai-nilai kebangsaan. Dalam orasi lain, salah satu peserta aksi menyebut bahwa “Indonesia remuk bukan karena perang, tapi karena keserakahan yang dilegalkan.”

 

Aksi berlangsung dengan pengawalan ketat aparat kepolisian. Meski begitu, semangat mahasiswa tak surut. Suara orasi terus menggelegar, memantul di dinding kampus yang kian terasa asing bagi gerakan intelektual.

 

Sebelum membubarkan diri, PMII Gowa menegaskan bahwa aksi ini bukan yang terakhir. Mereka berkomitmen untuk terus mengawal isu-isu rakyat dan menolak segala bentuk kebijakan yang mengkhianati cita-cita reformasi.

 

“Kami tak akan diam ketika negeri ini remuk. Kami akan terus bersuara, sebab merah putih tak boleh kabur warnanya,” tutup Awal Nugraha dengan suara yang penuh perlawanan.

 

Di tengah sunyi nurani penguasa, PMII Gowa berdiri sebagai penanda bahwa api pergerakan belum padam. Indonesia mungkin remuk, tapi perlawanan belum usai.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *