PAN Sulsel Bertabur Tokoh Politik, Dua Perempuan Gowa Jadi Sorotan

Muh Nur Ihsan, mahasiswa Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.
banner 468x60

Aseranews.com, Makassar – Peta politik Sulawesi Selatan kembali hangat setelah Partai Amanat Nasional (PAN) Sulsel menghadirkan sejumlah tokoh berpengaruh di kepengurusan baru. Sorotan publik kini tertuju pada dua figur perempuan asal Gowa, yakni Sitti Husniah Talenrang, Ketua PAN Sulsel, dan Irma Haeruddin, rival politiknya di Pilkada Gowa lalu yang kini memilih bergabung dalam barisan PAN.

 

Kebersamaan dua perempuan berpengaruh ini dinilai sebagai momentum penting bagi konsolidasi PAN di Sulsel. Foto keduanya yang berdampingan di kantor DPP PAN Jakarta menjadi simbol rekonsiliasi dan sinyal kolaborasi politik yang lebih luas.

 

“Bagi saya, ini soal membesarkan PAN. Perbedaan di masa lalu tidak boleh lagi jadi penghalang untuk berjuang bersama,” kata Irma Haeruddin dalam pernyataannya usai resmi bergabung.

 

Langkah ini dipandang strategis, bukan hanya dalam konteks memperkuat PAN, tetapi juga sebagai representasi meningkatnya peran perempuan dalam politik Sulsel.

 

Potensi dan Tantangan Perempuan dalam Politik

 

Pengamat menilai kolaborasi dua tokoh perempuan ini bisa menjadi kekuatan baru dalam pertarungan politik, khususnya di Gowa. Namun, terdapat pula tantangan yang perlu diantisipasi: dominasi tokoh perempuan bisa saja justru “menggerus” suara perempuan lain yang berada di luar lingkaran partai.

 

Menurut Muh Nur Ihsan, mahasiswa Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, dinamika ini menyimpan paradoks.

 

“Perempuan yang tampil dominan dalam struktur partai memang membuka ruang representasi yang lebih luas. Tapi jika kolaborasi ini hanya berhenti di level elit, tanpa menyentuh basis perempuan akar rumput, maka potensi dukungan justru bisa stagnan, bahkan menimbulkan kesan eksklusif,” jelas Ihsan.

 

Ia menambahkan, bila sinergi Husniah dan Irma dimaksimalkan dengan menggerakkan komunitas perempuan di tingkat desa dan kelurahan, serta mengawal isu-isu riil seperti pemberdayaan ekonomi, pendidikan, dan akses politik, maka PAN berpotensi menjadikan basis perempuan sebagai modal elektoral yang signifikan.

 

“Kolaborasi mereka bisa menjadi contoh bagaimana perempuan tidak hanya menjadi simbol politik, tetapi juga penggerak utama dalam pengambilan keputusan partai. Jika itu berjalan, PAN punya peluang memperkuat posisi di Sulsel sekaligus menggeser narasi dominasi politik laki-laki,” pungkas Ihsan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *