Jejak H. Sufyan as-Suri al-Imam al-Buni

Zaenuddin Endy Wakil Ketua Lakpesdam NU Sulawesi Selatan
banner 468x60

H. Sufyan as-Suri al-Imam al-Buni adalah salah satu ulama Bugis asal Bone yang menempati posisi penting dalam sejarah penyalinan mushaf Al-Qur’an di Sulawesi Selatan pada abad ke-19. Namanya tercatat di antara deretan delapan ulama Bugis penyalin mushaf tangan yang hingga kini masih dapat ditelusuri melalui naskah Al-Qur’an beraksara Arab yang tersebar di berbagai daerah Bugis-Makassar.

 

Salah satu karya monumental beliau adalah mushaf bertanggal 1872 M, yang kini tersimpan di Museum La Galigo, Makassar. Mushaf ini ditulis dengan tangan, menggunakan aksara Arab tradisional, dengan gaya kaligrafi khas Bugis yang dipengaruhi nuansa Timur Tengah. Penyalinan mushaf pada masa itu tidak sekadar aktivitas menyalin teks, melainkan sebuah amal intelektual dan spiritual yang menuntut ketekunan, penguasaan ilmu qira’ah, serta kedalaman jiwa keagamaan. Dengan demikian, jejak H. Sufyan dapat dipahami bukan hanya sebagai penulis mushaf, melainkan juga seorang ulama yang menjaga otoritas keilmuan Al-Qur’an di tanah Bugis.

 

Penyematan nama “al-Buni” pada dirinya menunjukkan keterkaitan erat dengan Bone (Bugis: Boni), sekaligus menandakan identitas lokal yang dibawa dalam dunia intelektual Islam. Gelar “al-Imam” mengisyaratkan kedudukan keulamaannya yang tinggi, sementara “as-Suri” masih memerlukan penelitian lebih lanjut apakah merujuk pada jalur sanad keilmuan, nisbah geografis tertentu, atau sekadar gelar kehormatan.

 

Jejak beliau memperlihatkan bahwa Bone, khususnya kawasan sekitar Cina dan Pompanua, adalah pusat penting penyalinan mushaf. Tradisi ini muncul dari kultur Bugis yang menempatkan Al-Qur’an sebagai simbol sakral dalam rumah tangga dan komunitas. Mushaf yang ditulis para ulama tidak hanya digunakan untuk mengaji, tetapi juga menjadi simbol status keluarga, pusaka turun-temurun, serta media penyebaran Islam ke pelosok.

 

Mushaf karya H. Sufyan menampilkan ciri khas mushaf Bugis abad ke-19: Ditulis di atas kertas Eropa (impor VOC atau Belanda) yang kala itu banyak digunakan. Menggunakan tinta hitam dan merah untuk membedakan ayat, tanda waqaf, serta hiasan tepi. Tidak jarang disertai iluminasi sederhana di halaman awal sebagai penghormatan pada lafaz basmalah.

 

Peran H. Sufyan bukan hanya dalam penyalinan mushaf, tetapi juga dalam menjaga sanad keilmuan. Ia kemungkinan besar adalah bagian dari jaringan keluarga ulama Pompanua-Bone yang banyak menghasilkan penyalin mushaf, seperti H. Ahmad Umar bin Syekh Abul Hayyi al-Bugisi dan Syekh Abdul Majid bin Syekh Abdul Hayyi. Keterhubungan ini menunjukkan adanya komunitas ulama penulis mushaf di Bone pada abad ke-19 yang menjadi garda terdepan dalam pemeliharaan teks suci.

 

Selain aspek tekstual, keberadaan H. Sufyan sebagai ulama penyalin mushaf menegaskan pentingnya peran ulama lokal dalam Islamisasi Bugis. Mereka tidak sekadar mengajar ngaji di surau atau pesantren, tetapi juga menciptakan karya nyata berupa mushaf yang memperkuat kedudukan Al-Qur’an dalam kehidupan sosial. Dalam masyarakat Bugis, mushaf hasil karya ulama dihormati layaknya pusaka kerajaan, sehingga ulama seperti H. Sufyan mendapatkan tempat terhormat di hati umat.

 

Kini, mushaf H. Sufyan di Museum La Galigo menjadi saksi sejarah penting. Ia menunjukkan bahwa ulama Bugis tidak kalah produktif dengan ulama di pusat Islam lain dalam menciptakan karya monumental. Penelitian lebih lanjut terhadap mushaf ini membuka kemungkinan besar untuk memahami jaringan intelektual, gaya penulisan, hingga pemahaman masyarakat Bugis terhadap Al-Qur’an.

 

Jejak H. Sufyan as-Suri al-Imam al-Buni adalah bagian dari warisan keilmuan Islam Nusantara, khususnya di Sulawesi Selatan. Ia menunjukkan bahwa ulama Bugis bukan hanya pewaris ilmu, tetapi juga penjaga teks, pengembang seni kaligrafi, dan penghubung antara wahyu dan budaya. Warisan ini sejalan dengan tradisi ahl al-qur’an, di mana menyalin mushaf adalah ibadah, ilmu, sekaligus dakwah yang tidak lekang oleh zaman.

 

Zaenuddin Endy

Wakil Ketua Lakpesdam NU Sulawesi Selatan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *