Gurutta Abd Samad KH. Zainal Abidin: Ulama Teladan dari Pinrang

Zaenuddin Endy Komunitas Pecinta Indonesia, Nusantara, dan Ulama (KOPINU)
banner 468x60

Gurutta Abd Samad KH. Zainal Abidin merupakan salah satu ulama kharismatik dari Pinrang yang meninggalkan jejak penting dalam sejarah perkembangan Islam di Sulawesi Selatan. Sosoknya dikenal luas bukan hanya karena kedalaman ilmu agama, melainkan juga karena keteguhan akhlak dan perannya dalam membimbing masyarakat. Kehadirannya menegaskan eksistensi ulama lokal sebagai pilar yang mengokohkan identitas keagamaan di tengah perubahan sosial yang terus berlangsung.

Sejak kecil, Gurutta Abd Samad KH. Zainal Abidin tumbuh dalam lingkungan yang religius. Pendidikan agama diperolehnya secara intensif melalui jalur tradisional, dengan mengaji langsung kepada para ulama di sekitarnya. Salah satu guru awalnya adalah ayahnya sendiri, yang memberikan pondasi kuat dalam memahami Al-Qur’an dan ilmu dasar keislaman. Lingkungan keluarga yang sarat nilai keislaman inilah yang membentuk kesungguhan dirinya dalam menuntut ilmu.

Perjalanan intelektualnya tidak berhenti pada lingkup keluarga. Ia kemudian berguru kepada sejumlah ulama terkemuka, baik di tingkat lokal maupun regional. Tradisi keilmuan Islam di Sulawesi Selatan pada masa itu menekankan hubungan erat antara murid dan guru. Melalui jalur ini, Gurutta Abd Samad memperoleh legitimasi keilmuan sekaligus membangun jejaring yang memperluas pengaruhnya. Hal tersebut meneguhkan kedudukannya sebagai seorang ulama yang diakui secara luas.

Sebagai seorang guru, Gurutta Abd Samad KH. Zainal Abidin menekankan pentingnya adab dalam belajar. Baginya, ilmu tidak akan bermanfaat jika tidak diiringi dengan sikap rendah hati, penghormatan kepada guru, dan konsistensi dalam beribadah. Prinsip ini diwariskan kepada murid-muridnya, sehingga pendidikan yang ia jalankan bukan hanya transfer pengetahuan, melainkan juga pembentukan karakter. Pola pendidikan semacam ini sejalan dengan tradisi pesantren di Nusantara yang menempatkan moralitas sebagai inti pembelajaran.

Dalam kehidupan sehari-hari, Gurutta Abd Samad dikenal sebagai pribadi yang sederhana. Ia tidak menempatkan diri sebagai figur yang harus dihormati secara berlebihan, melainkan selalu dekat dengan masyarakat. Kesederhanaan ini justru menambah kewibawaannya di mata umat, karena masyarakat melihat konsistensi antara apa yang beliau ajarkan dan apa yang beliau jalankan. Dengan demikian, wibawanya lahir dari keteladanan, bukan dari simbol-simbol formal.

Perannya dalam dakwah Islam di Pinrang sangat besar. Ia tidak hanya mengajarkan ibadah-ibadah ritual, tetapi juga menanamkan nilai-nilai sosial Islam, seperti keadilan, kebersamaan, dan kepedulian terhadap sesama. Baginya, Islam harus hadir dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam menjaga harmoni sosial dan memperkuat solidaritas antarwarga. Melalui pendekatan ini, dakwah yang ia jalankan mampu menyentuh masyarakat secara luas.

Kedudukan Gurutta Abd Samad juga semakin menonjol ketika ia sering dimintai pendapat dalam menyelesaikan persoalan masyarakat. Baik dalam ranah keagamaan maupun sosial, pandangannya selalu dijadikan rujukan. Fungsi ini menegaskan posisi ulama sebagai mediator dan penjaga harmoni dalam komunitas. Dengan demikian, ia bukan hanya guru agama, tetapi juga pemimpin moral dan sosial bagi masyarakat Pinrang.

Kontribusinya dalam melahirkan generasi penerus ulama juga patut dicatat. Banyak murid yang dibimbingnya kemudian menjadi tokoh agama di daerah masing-masing. Hal ini menunjukkan keberhasilan dakwahnya yang tidak berhenti pada dirinya, melainkan berlanjut melalui murid-muridnya. Dengan demikian, Gurutta Abd Samad memainkan peran strategis dalam menjaga keberlangsungan tradisi keilmuan Islam di Sulawesi Selatan.

Gurutta Abd Samad KH. Zainal Abidin juga tercatat sebagai figur yang mampu mengintegrasikan ajaran Islam dengan kearifan lokal. Ia memandang budaya Bugis bukan sebagai penghalang, melainkan sebagai sarana untuk memperkuat dakwah. Nilai siri’ na pacce dipandang sejalan dengan semangat keadilan dan solidaritas dalam Islam. Dengan pendekatan ini, Islam dapat diterima secara luas tanpa menimbulkan konflik dengan tradisi yang telah mengakar.

Sikapnya yang terbuka dan bijaksana membuat masyarakat memandangnya sebagai figur penyejuk. Dalam situasi konflik, ia hadir dengan solusi yang menekankan perdamaian dan persaudaraan. Dalam hal ini, peran ulama sebagai perekat sosial semakin tampak nyata. Gurutta Abd Samad menjadi teladan bagaimana agama dapat menjadi sumber solusi, bukan sumber perpecahan.

Di lingkup keluarga, ia mewariskan nilai religius yang kuat. Anak cucunya tumbuh dalam atmosfer keilmuan dan spiritualitas yang ia bangun. Banyak di antara mereka yang melanjutkan kiprahnya, baik dalam bidang pendidikan, dakwah, maupun pelayanan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Gurutta Abd Samad tidak hanya terbatas pada masa hidupnya, tetapi juga berlanjut melalui keturunannya.

Meskipun tidak banyak catatan tertulis tentang kehidupannya, narasi lisan dari masyarakat Pinrang cukup untuk menunjukkan besarnya peran Gurutta Abd Samad. Kisahnya hidup dalam ingatan kolektif masyarakat sebagai sosok ulama yang ikhlas, sederhana, dan penuh pengabdian. Dengan demikian, ia menjadi bagian penting dari sejarah lokal yang patut didokumentasikan lebih jauh melalui penelitian akademik.

Dalam kerangka besar sejarah Islam di Nusantara, Gurutta Abd Samad KH. Zainal Abidin merepresentasikan peran ulama lokal sebagai pilar utama dakwah. Kontribusinya menunjukkan bahwa kekuatan Islam di daerah tidak hanya bergantung pada tokoh besar yang dikenal secara nasional, tetapi juga pada figur-figur lokal yang bekerja tanpa pamrih. Melalui kiprahnya, Islam tumbuh mengakar kuat dalam masyarakat Pinrang.

Dengan demikian, Gurutta Abd Samad KH. Zainal Abidin adalah sosok ulama yang jejaknya layak dikenang. Kesederhanaan, keteguhan iman, kepedulian sosial, dan keberhasilannya melahirkan generasi penerus menjadikannya teladan sepanjang masa. Kehadirannya membuktikan bahwa ulama lokal memainkan peran fundamental dalam menjaga keseimbangan antara agama dan budaya, serta dalam mengarahkan masyarakat menuju kehidupan yang religius dan harmonis.

 

 

Zaenuddin Endy
Komunitas Pecinta Indonesia, Nusantara, dan Ulama (KOPINU)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *