Anregurutta KH. Rahman Matammeng adalah sosok ulama kharismatik yang menorehkan jejak penting dalam sejarah keulamaan dan perkembangan Nahdlatul Ulama (NU) di Sulawesi Selatan. Dikenal sebagai seorang alim yang teguh memegang ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah, beliau bukan hanya menjadi panutan umat dalam bidang keilmuan Islam, tetapi juga menjadi pilar utama dalam menanamkan nilai-nilai keislaman yang moderat, toleran, dan berakar pada tradisi lokal. Kiprah keulamaannya tercermin dalam sikap hidup yang tawadhu’, semangat dakwah yang tak pernah surut, serta komitmennya terhadap pendidikan dan pemberdayaan umat.
Lahir dan tumbuh dalam lingkungan pesantren yang kental dengan nilai-nilai keislaman tradisional, KH. Rahman Matammeng adalah salah satu murid pilihan dari Anregurutta KH. Abdurrahman Ambo Dalle, seorang tokoh sentral dalam dunia pesantren di Sulawesi Selatan dan pendiri Pondok Pesantren DDI Mangkoso. Dari gurunya inilah beliau mewarisi semangat keilmuan, adab, dan komitmen terhadap perjuangan Islam yang berimbang antara aspek spiritual dan sosial.
Dalam konteks organisasi, KH. Rahman Matammeng termasuk salah satu kader ulama yang secara khusus diutus oleh KH. Abdurrahman Ambo Dalle untuk bergabung dalam Nahdlatul Ulama. Penugasan ini bukan tanpa alasan. KH. Ambo Dalle memahami bahwa NU membutuhkan sosok ulama yang memiliki kapasitas keilmuan, integritas moral, dan pengaruh sosial untuk memperkuat jaringan keulamaan di wilayah-wilayah strategis Sulawesi Selatan. KH. Rahman Matammeng pun menjawab amanah ini dengan penuh kesungguhan.
Di berbagai daerah, terutama di wilayah selatan Sulawesi, kehadiran KH. Rahman Matammeng menjadi simbol kekuatan moral dan spiritual umat. Ia tidak hanya berdakwah melalui ceramah dan pengajian, tetapi juga melalui tindakan nyata dalam menyelesaikan persoalan sosial kemasyarakatan. Keputusan-keputusannya dalam persoalan keagamaan sering dijadikan rujukan, bahkan oleh para tokoh dan elite lokal yang menghormati kewibawaannya sebagai ulama besar.
Pendidikan menjadi salah satu ladang pengabdian utama KH. Rahman Matammeng. Beliau mendirikan dan membina pesantren DDI Galesong yang kemudian berkembang menjadi pusat keilmuan Islam di daerahnya. Melalui lembaga ini, beliau melahirkan banyak santri yang kemudian menjadi dai, guru, dan tokoh masyarakat yang membawa semangat ke-NU-an dan keislaman rahmatan lil ‘alamin ke berbagai penjuru daerah. Kecintaannya pada ilmu tidak pernah luntur, bahkan hingga usia senja, beliau tetap aktif mengajar dan membimbing masyarakat.
Pengaruh KH. Rahman Matammeng juga terasa kuat dalam penguatan tradisi-tradisi Islam lokal seperti zikir, maulid, dan kegiatan keagamaan lainnya yang kental dengan nilai-nilai tasawuf. Dalam hal ini, beliau menjadi garda depan dalam melestarikan tradisi keagamaan yang hidup di tengah masyarakat Bugis-Makassar, sembari tetap mengarahkan agar tradisi tersebut tidak melenceng dari prinsip-prinsip syariah. Pendekatannya yang bijak dan inklusif membuat ajaran Islam diterima dengan lapang di berbagai kalangan.
Dalam arena dakwah dan sosial keagamaan, KH. Rahman Matammeng juga dikenal sebagai sosok perekat. Di tengah keragaman aliran dan paham keislaman yang kadang menimbulkan ketegangan, beliau tampil sebagai figur penengah yang mampu meredam konflik dan mengajak umat kembali kepada nilai-nilai persaudaraan (ukhuwah), baik ukhuwah Islamiyah, wathaniyah, maupun insaniyah. Hal ini sesuai dengan spirit NU yang menjunjung tinggi prinsip tawassuth (moderat), tasamuh (toleran), dan tawazun (seimbang).
Kharisma KH. Rahman Matammeng tidak hanya terletak pada kedalaman ilmunya, tetapi juga pada akhlaknya yang mulia. Kesederhanaan hidupnya, kesantunan dalam berbicara, dan ketulusan dalam melayani umat menjadikannya sosok yang sangat dicintai. Banyak yang menyaksikan bahwa kehadiran beliau sering menenangkan, dan nasihat-nasihatnya menyejukkan hati. Tak heran jika di berbagai forum, baik formal maupun nonformal, nama beliau kerap disebut sebagai panutan ulama yang layak diteladani.
Kontribusinya terhadap NU tidak hanya dalam konteks lokal, tetapi juga memiliki dimensi regional. Sebagai tokoh yang berpengaruh, beliau turut berperan dalam berbagai musyawarah, konferensi, dan pertemuan keulamaan yang membahas strategi dakwah dan pemberdayaan umat di wilayah Sulawesi. Pemikirannya tentang pentingnya pendidikan berbasis pesantren, pemberdayaan ekonomi umat, dan penguatan tradisi keagamaan yang kontekstual menjadi warisan penting bagi generasi setelahnya.
Wafatnya KH. Rahman Matammeng meninggalkan duka mendalam bagi umat Islam di Sulawesi Selatan. Namun, warisan keilmuannya tetap hidup melalui santri-santri, pengikut, dan pesan-pesan moral yang beliau tinggalkan. Namanya kini dikenang sebagai salah satu ulama besar NU yang berjasa menjaga dan merawat Islam tradisional di tanah Bugis.
Dengan segala kiprah dan dedikasinya, Anregurutta KH. Rahman Matammeng patut dikenang sebagai ulama yang bukan hanya alim dan faqih, tetapi juga pemimpin spiritual yang mengayomi umat. Beliau adalah sosok yang berhasil menyinergikan ajaran agama dengan kearifan lokal, menjaga warisan keulamaan, dan mengokohkan NU sebagai rumah besar Islam rahmatan lil ‘alamin di Sulawesi Selatan.
Oleh:Zaenuddin Endy
Founder Komunitas Pecinta Indonesia dan NUsantara (KOPI-NU)