Era Kebangkitan NU Sulawesi Selatan Pasca Muskerwil 2025

Zaenuddin Endy Founder KOPI-NU (Komunitas Pecinta Indonesia dan NUsantara) 
banner 468x60

Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan yang digelar pada tanggal 19 Juli 2025 bukanlah sekadar agenda tahunan rutin organisasi. Ia menjadi titik balik penting, sebuah tonggak sejarah yang menandai dimulainya era kebangkitan baru NU Sulsel—kebangkitan yang berakar pada konsolidasi struktural, kaderisasi substantif, dan revitalisasi visi kebangsaan. Momentum Muskerwil ini diperkuat dengan pengukuhan pengurus lembaga-lembaga NU Sulawesi Selatan, sebuah langkah strategis yang menegaskan kesiapan NU menghadapi tantangan zaman secara kolektif dan terarah.

 

Pengurus Lembaga yang Mumpuni dan Transformatif

 

Yang istimewa dari Muskerwil kali ini adalah hadirnya sosok-sosok kompeten dan penggerak yang dahsyat dalam struktur kelembagaan NU Sulsel. Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam NU) kini dikomandoi oleh Abdul Karim, aktivis visioner yang dikenal luas karena konsistensinya dalam isu-isu demokrasi, pendidikan politik, dan penguatan kapasitas warga. Di bawah kepemimpinannya, Lakpesdam bertransformasi menjadi pusat gagasan dan advokasi sosial yang progresif.

 

Sementara itu, Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN NU)—yang berperan penting dalam penguatan literasi publik dan media—dipimpin oleh H. AS Kambie, seorang wartawan senior dari Harian Tribun sekaligus da’i kondang yang kharismatik. Kepemimpinan beliau menggabungkan kekuatan jurnalistik dan dakwah, menjadikan LTN NU sebagai simpul komunikasi strategis bagi penyebaran nilai Aswaja dan gerakan keumatan.

 

Adapun LPTNU (Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama) Sulsel, kini berada di bawah koordinasi Dr. Badruddin Kaddas, M.Ag., Wakil Rektor II Universitas Islam Makassar. Dengan latar belakang akademik yang kuat dan pengalaman kelembagaan yang mumpuni, beliau menjadikan LPTNU sebagai garda depan dalam integrasi keilmuan Islam dan pengembangan SDM Nahdliyyin di ranah pendidikan tinggi.

 

Formasi kepengurusan yang solid ini bukan hanya representasi kader potensial NU, tetapi juga simbol keberanian untuk bergerak melampaui sekat birokrasi internal menuju lompatan kemajuan yang nyata. Kebangkitan NU Sulsel bukan sebatas retorika, melainkan upaya sistematis yang dimulai dari konsolidasi kekuatan sumber daya manusia.

 

Kebangkitan yang Terstruktur dan Terkulturisasi

 

Muskerwil 2025 telah menghidupkan kembali semangat kolektif warga Nahdliyyin untuk terlibat aktif dalam perjuangan sosial-keagamaan. Penguatan lembaga dan banom, revitalisasi bahtsul masail, serta program kaderisasi berbasis literasi digital menjadi prioritas utama. Lakpesdam NU, misalnya, berencana meluncurkan program Madrasah Demokrasi di berbagai kabupaten/kota, sebagai ruang dialektika pemikiran dan kaderisasi ideologis.

 

Di sisi kultural, pendekatan NU Sulsel semakin membumi. Dakwah Aswaja kini tak hanya hadir dalam mimbar-mimbar tradisional, tetapi juga merambah media sosial, komunitas pemuda, serta forum lintas agama dan budaya. Perpaduan antara tradisi pesantren dan narasi kebangsaan menciptakan wajah NU yang inklusif, adaptif, dan penuh empati terhadap dinamika sosial masyarakat.

 

Transformasi Kaderisasi dan Kepemimpinan Visioner

 

Kebangkitan NU Sulsel juga ditandai dengan pembaruan sistem kaderisasi. Dari proses formalisasi hingga pembinaan jangka panjang, NU kini menyiapkan pemimpin masa depan yang tidak hanya setia pada nilai, tetapi juga cakap menjawab tantangan global. Penguasaan fikih kontekstual, kemampuan komunikasi publik, dan literasi geopolitik menjadi bagian integral dari kurikulum kaderisasi.

 

Komitmen ini memperlihatkan bahwa NU Sulsel sedang membangun ekosistem kepemimpinan yang berkelanjutan—pemimpin yang berpikir sistemik, bekerja kolektif, dan berjiwa melayani. Era baru ini menandai pergeseran NU dari organisasi yang reaktif menjadi organisasi yang proaktif dan strategis.

 

Penjaga Akal Sehat Demokrasi

 

Di tengah polarisasi politik dan maraknya ujaran kebencian berbasis agama, NU Sulsel tidak tinggal diam. Muskerwil menegaskan komitmen NU sebagai penjaga nalar publik dan perekat kebangsaan. Forum-forum diskusi dan pelatihan kader diarahkan untuk memperkuat narasi Islam Nusantara yang ramah, toleran, dan cinta tanah air.

 

Peran NU sebagai penjaga NKRI kini lebih kontekstual dan menjangkau berbagai elemen masyarakat, terutama generasi muda. Hal ini dilakukan melalui sinergi antarlembaga, pesantren, kampus NU, serta jejaring komunitas sipil yang semakin tumbuh dinamis.

 

Dari Muskerwil ke Gerakan Berkelanjutan

 

Muskerwil 19 Juli 2025 telah menjadi titik awal kebangkitan NU Sulsel yang visioner. Tapi tantangan ke depan jauh lebih besar. Kebangkitan sejati bukan hanya pada saat pengukuhan, tetapi bagaimana seluruh lembaga yang telah terbentuk bergerak selaras dalam satu visi: membumikan Islam yang moderat, membela rakyat kecil, dan menjaga harmoni bangsa.

 

Kini saatnya NU Sulawesi Selatan menulis sejarah barunya—sejarah yang tidak hanya dikenang karena struktur, tetapi karena kontribusi nyata bagi umat dan bangsa. Kebangkitan telah dimulai, dan tak boleh surut kembali.

 

Semoga

 

 

Oleh: Zaenuddin Endy

Founder KOPI-NU (Komunitas Pecinta Indonesia dan NUsantara)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *