Nama Anregurutta Prof. Dr. KH. Abd. Kadir Ahmad, M.Si., APU menempati posisi istimewa dalam sejarah perjalanan Gerakan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (NU) Sulawesi Selatan. Sebagai sosok ulama, akademisi, peneliti, dan budayawan yang telah menapaki berbagai medan khidmat intelektual maupun spiritual, Anregurutta dikenal luas bukan hanya karena kapasitas keilmuannya, melainkan karena komitmennya yang kokoh dalam membina kader-kader muda NU agar tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyyah.
Di tengah perkembangan zaman yang ditandai oleh derasnya arus pragmatisme politik dan menguatnya nalar instan di kalangan generasi muda, kehadiran Anregurutta sebagai pembina gerakan kader penggerak NU Sulsel menjadi penopang moral dan intelektual. Ia bukan hanya memberikan wejangan tentang pentingnya tradisi Aswaja, tetapi juga membimbing bagaimana kader NU harus berpikir kritis, sistematis, dan kontekstual tanpa meninggalkan akar tradisi dan sanad keilmuan yang lurus.
Sebagai Guru Besar dalam bidang Sosiologi Agama dan Budaya serta seorang tokoh Antropologi terapan (APU), Anregurutta KH. Abd. Kadir Ahmad memadukan secara apik antara nalar akademis dan kedalaman spiritual. Inilah yang menjadikan pembinaan kaderisasi NU di bawah asuhannya tidak hanya berbasis gerakan organisatoris, tetapi juga berbasis pembentukan mental, akhlak, dan cara pandang yang arif terhadap tradisi dan perubahan sosial.
Dalam berbagai kesempatan, baik di forum resmi NU maupun dalam lingkaran intelektual yang lebih sempit, beliau selalu menegaskan pentingnya menjaga sanad keilmuan, sanad akhlak, dan sanad khidmat. Baginya, kader NU harus mampu berdiri di atas fondasi tradisi yang kuat, memiliki kecakapan ilmiah yang mumpuni, dan istiqamah dalam membela nilai-nilai kemanusiaan sebagaimana diajarkan oleh para ulama pendahulu.
Kehadiran Anregurutta dalam Gerakan Kader Penggerak NU Sulawesi Selatan bukan sekadar simbolik. Sejak awal, beliau aktif memberikan arah pemikiran, metode kaderisasi, hingga fondasi ideologis yang kuat, agar gerakan ini tidak sekadar melahirkan organisatoris, tetapi juga kader yang matang secara intelektual, spiritual, dan sosial. Ia sering menekankan pentingnya kader memahami sejarah, memahami kultur, serta memahami dinamika masyarakat agar gerakan NU tetap relevan di tengah perubahan zaman.
Dalam banyak kajian, seminar, hingga forum kaderisasi, Anregurutta selalu mengingatkan:
“NU bukan hanya soal struktur dan jabatan. NU adalah soal amanah untuk merawat warisan para ulama, menjaga tradisi yang bersanad, dan menghadirkan kemanfaatan bagi umat. Kader NU harus hadir sebagai solusi, bukan sekadar bagian dari masalah.”
Di tangan beliau, banyak kader muda NU Sulsel yang kini tersebar di berbagai lini dakwah, pendidikan, dan sosial-budaya, ditempa dengan pola pikir terbuka namun tetap kokoh dalam prinsip keislaman tradisional yang moderat, inklusif, dan rahmatan lil ‘alamin. Dalam pengamatannya yang tajam sebagai peneliti dan akademisi, Anregurutta sering menegaskan bahwa tantangan NU ke depan bukan hanya pada aspek politik dan ideologi, tetapi juga pada perubahan sosial yang memengaruhi cara berpikir umat, termasuk dalam memahami agama.
Karena itu, pendekatan sosiologis-budaya menjadi penting dalam gerakan kaderisasi NU. Anregurutta memandu kader untuk tidak hanya memahami teks, tetapi juga konteks. Baginya, NU adalah kekuatan kultural yang besar, yang harus dirawat melalui pendidikan, dakwah yang ramah, serta keterlibatan aktif dalam dinamika sosial masyarakat.
Khusus bagi kader penggerak NU Sulawesi Selatan, Anregurutta selalu menanamkan tiga prinsip utama:
1. Berpikir ilmiah, bertindak maslahat.
2. Menjaga adab lebih tinggi daripada sekadar ilmu.
3. Berorganisasi bukan untuk diri, tapi untuk melestarikan khazanah ulama dan membela umat.
Jejak pembinaan beliau terasa jelas dalam berbagai kegiatan kaderisasi NU. Banyak kader yang mengakui, arah gerak mereka hari ini tak lepas dari asupan ruhani, intelektual, dan kebudayaan yang ditanamkan oleh Anregurutta.
Hingga kini, Anregurutta KH. Abd. Kadir Ahmad masih terus aktif mendampingi gerakan kaderisasi NU di Sulawesi Selatan, baik melalui forum resmi, diskusi kecil, hingga pertemuan-pertemuan kultural. Bagi para kader muda, beliau adalah figur guru, orang tua, sekaligus penuntun yang ikhlas menjaga arah gerakan NU tetap di jalur khidmat dan berkah.
Maka pantas jika dalam narasi sejarah kaderisasi NU di Sulsel, nama Anregurutta Prof. Dr. KH. Abd. Kadir Ahmad, M.Si., APU dicatat sebagai pembina ideologis, intelektual, dan kultural yang berperan penting dalam mengokohkan identitas kader NU di tengah zaman yang serba berubah.
Oleh: Zaenuddin Endy
Koordinator Instruktur Pendidikan Kader Penggerak Nusantara (PKPNU) Sulawesi Selatan