Syekh Sayyid Abdurrahim Assegaf Puang Makka: Pembina Spiritual Gerakan Kader Penggerak NU Sulawesi Selatan

banner 468x60

Nama Syekh Sayyid Abdurrahim Assegaf atau yang akrab disapa Puang Makka, putra salah satu Muassis NU Sulawesi Selatan , Syekh Sayyid Djamaluddin Assegaf Puang Ramma, bukanlah nama asing dalam perjalanan sejarah keislaman di Sulawesi Selatan, khususnya dalam konteks pergerakan dan pembinaan spiritual warga Nahdlatul Ulama (NU). Kiprah beliau selama puluhan tahun bukan hanya dikenal di kalangan tarekat, tetapi juga sangat berpengaruh dalam membentuk karakter dan spiritualitas kader-kader muda NU, khususnya mereka yang berproses dalam Gerakan Kader Penggerak NU di Sulawesi Selatan.

 

Puang Makka dikenal luas sebagai seorang ulama sufi kharismatik, pembimbing ruhani, dan pewaris sanad keilmuan Ahlussunnah wal Jamaah yang bersambung hingga ke pusat-pusat keilmuan Islam klasik. Selain dikenal sebagai mursyid tarekat, beliau juga seorang yang sangat dekat dengan tokoh-tokoh NU, bahkan menjadi rujukan spiritual bagi banyak kader penggerak NU dari berbagai angkatan. Dalam banyak kesempatan, baik resmi maupun tidak resmi, nasihat-nasihat Puang Makka selalu menekankan pentingnya ikhlas berkhidmat, istiqamah dalam perjuangan, dan sabar dalam menegakkan nilai-nilai Aswaja di tengah perubahan zaman yang semakin kompleks.

 

Dalam sejarah Gerakan Kader Penggerak NU (PKPNU) Sulawesi Selatan, peran Puang Makka tidak pernah tercatat secara administratif sebagai struktur, namun kehadiran spiritualnya terasa kuat di balik setiap gerakan kaderisasi. Banyak alumni PKPNU yang mengakui bahwa sebelum memutuskan berkhidmat lebih jauh, mereka mencari restu, doa, dan petunjuk dari beliau. Dalam banyak forum, beliau selalu menekankan bahwa kader NU harus menjaga tiga kekuatan utama: sanad keilmuan, sanad ruhani, dan sanad khidmat. Tanpa ketiganya, kaderisasi hanya akan melahirkan aktivis yang kering ruh dan mudah goyah oleh godaan kekuasaan.

 

Sikap tawadhu’ beliau terhadap ulama dan kader muda menjadi teladan. Puang Makka tidak pernah memposisikan diri di atas, melainkan sebagai orang tua yang menuntun dan mendoakan. Dalam banyak momen pertemuan, ia sering menyampaikan kalimat pendek namun penuh makna, seperti:

“Nak, teruskan perjuanganmu, jangan pernah berharap balasan manusia. NU besar bukan karena orang hebat, tapi karena orang ikhlas.”

 

Nasihat semacam ini mengakar kuat di benak para kader, menjadikan gerakan NU di Sulawesi Selatan tak semata gerakan administratif, melainkan juga gerakan ruhaniah yang berpijak pada nilai-nilai keikhlasan dan keberkahan sanad ulama. Di tengah arus modernisasi yang sering melahirkan pragmatisme, Puang Makka tetap konsisten mengingatkan bahwa ruh gerakan NU ada pada adab, akhlak, dan barakah.

 

Selain membimbing secara spiritual, Puang Makka juga dikenal memberikan ijazah-ijazah wirid, amalan, dan doa yang menjadi bekal ruhani bagi para penggerak NU. Ijazah tersebut bukan dimaknai sebagai jimat, tapi sebagai pengikat batin kepada guru, sanad, dan Allah SWT, agar kader tetap terjaga dalam jalan yang lurus meski dihadapkan pada godaan dunia.

 

Kaderisasi NU di Sulawesi Selatan, baik yang bersifat struktural maupun yang berbasis komunitas secara ruhani mendapat sinyal kuat dari Puang Makka. Beliau percaya bahwa regenerasi NU bukan sekadar menyiapkan organisatoris, melainkan membentuk pejuang yang matang secara ruhani, kokoh secara ideologi, dan rendah hati dalam dakwah.

 

Hingga kini, nama Puang Makka tetap harum dalam narasi kaderisasi NU Sulsel. Banyak kader yang sowan ke beliau, memohon restu sebelum memulai tugas baru, dan menganggapnya sebagai pembina spiritual yang menjaga ruh khidmat mereka tetap menyala. Kiprah beliau menegaskan bahwa di balik gerakan besar NU selalu ada tokoh-tokoh ruhaniah yang diam-diam menanam doa, menebar keberkahan, dan menjaga agar arah gerak NU tetap selaras dengan nilai-nilai luhur para ulama pendiri.

 

Ke depan, kader NU Sulawesi Selatan perlu terus merawat sanad spiritual ini, agar gerakan yang dibangun tidak kehilangan akar ruhaniyahnya. Sebab, sebagaimana sering diingatkan oleh Puang Makka:

“Siapa yang lepas dari sanad, cepat atau lambat akan lepas dari barakah.”

 

Oleh karena itu, Syekh Sayyid Abdurrahim Assegaf Puang Makka layak dikenang dalam sejarah NU Sulsel bukan hanya sebagai ulama tarekat, tetapi sebagai sosok kunci pembina spiritual yang menanamkan nilai-nilai kesetiaan, keikhlasan, dan istiqamah bagi kader-kader penggerak NU di tanah Bugis-Makassar.

 

 

Oleh: Zaenuddin Endy

Koordinator Instruktur PKPNU Sulawesi Selatan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *