Perjuangan 1 Dekade, Evi Nurhannah Resmi Dilantik Sebagai PPPK Kemenag Lutim

banner 468x60

Aseranews – Kisah inspiratif datang dari Evi Nurhannah, wanita kelahiran Solo, Kecamatan Angkona, Luwu Timur, 11 April 1993, yang berhasil meraih status Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Formasi 2024 Tahap I Kementerian Agama, meski dalam kondisi fisik yang sangat terbatas.

 

Evi memulai kariernya sebagai tenaga honorer di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Angkona sejak tahun 2015. Setelah hampir satu dekade mengabdi, perjuangannya kini membuahkan hasil. Ia resmi dilantik sebagai PPPK bersama 133 orang lainnya oleh Menteri Agama Republik Indonesia.

 

Namun, di balik keberhasilannya, tersimpan cerita haru dan keteguhan hati. Usai melahirkan anak keduanya pada 4 Juli 2023 di RSUD Wotu, Evi mengalami pendarahan hebat yang menyebabkan kelumpuhan sebagian tubuhnya. Sejak saat itu, ia menjalani hari-hari dengan bantuan penuh dari sang suami, Fadly, yang sehari-hari bekerja sebagai tukang.

 

Pemandangan mengharukan terjadi saat pelantikan PPPK yang digelar di Aula PLHUT Kemenag Luwu Timur, yang berada di lantai dua. Fadly terlihat menggendong Evi menaiki tangga demi mendampingi sang istri mengikuti momen bersejarah tersebut. Tindakan itu menuai simpati dan kekaguman dari banyak pihak.

 

Meski belum mampu berjalan dengan sempurna, Evi tetap menunjukkan semangat tinggi untuk bekerja. Ia masih rutin datang ke KUA Angkona untuk menjalankan tugas-tugas administratif, seperti mengetik, mengelola data, menyusun berkas, hingga melakukan input digital.

 

“Alhamdulillah kondisinya perlahan membaik. Evi tetap diantar ke kantor oleh suaminya dengan digendong. Ia masih bisa bekerja secara administratif seperti biasa,” ungkap Nanik, kakak kandung Evi.

 

Nanik juga menambahkan bahwa berdasarkan pemeriksaan terakhir, terdapat pengeriputan pada saraf yang menyebabkan keterbatasan gerak pada tubuh Evi. “Dokter menyarankan untuk terus menjalani pengobatan secara intensif agar fungsi tubuhnya bisa kembali normal,” tambahnya.

 

Semangat dan dedikasi Evi menjadi inspirasi nyata bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk mengabdi dan berkarya. Semoga perjuangannya menjadi semangat bagi kita semua.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *