Aseranews – Konflik di tubuh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Pinrang kembali mencuat. Setelah sempat bersatu di era Pj Bupati Ahmad Akil, kini perpecahan kembali terjadi di bawah kepemimpinan Bupati Andi Irwan Hamid. Kondisi ini memunculkan pertanyaan tajam di kalangan pengamat dan aktivis pemuda: apakah ini hanya sekadar dinamika organisasi, atau ada ketidakmampuan para pembina pemuda dalam mengelola konflik.
Muhammad Bilal Ibrahim selaku pengamat pemuda menilai bahwa perpecahan ini bukan kebetulan, melainkan cerminan dari lemahnya kualitas pembinaan oleh pemerintah daerah. Ia mempertanyakan mengapa di era Pj Bupati KNPI bisa bersatu, sementara di bawah kepemimpinan Bupati Andi Irwan Hamid justru kembali terpecah.
“Apakah ini karena kualitas pasukan yang lemah, atau jangan-jangan orang-orang yang ditunjuk oleh Pak Bupati memang tidak punya kapasitas untuk menyelesaikan konflik seperti ini?” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa ini bukan pertama kalinya KNPI Pinrang terpecah di bawah kepemimpinan Andi Irwan Hamid. Di periode pertama kepemimpinannya, dualisme juga terjadi. Namun, saat tampuk pemerintahan dipegang oleh Pj Bupati Ahmad Akil, konflik tersebut bisa diselesaikan. Kini, setelah Andi Irwan Hamid kembali menjabat, perpecahan kembali muncul.
“Ada apa dengan orang-orang Pak Bupati ? Mereka ini pembina pemuda, tapi justru membiarkan organisasi pemuda terpecah belah. Jika di era Pj Bupati bisa disatukan dengan mudah, kenapa sekarang justru kembali pecah Ini menimbulkan tanda tanya besar,” lanjutnya dengan nada kritis.
Ia menegaskan bahwa pemerintah daerah seharusnya memiliki peran aktif dalam membina dan mengarahkan pemuda, bukan justru menjadi bagian dari masalah. Jika situasi ini terus dibiarkan, maka publik patut bertanya: apakah dualisme ini sengaja dipelihara untuk kepentingan tertentu? Ataukah memang ada ketidakmampuan dalam mengelola dinamika pemuda di daerah ini.
Saat ini, para pemuda Pinrang menunggu sikap dan langkah nyata dari pemerintah daerah. Apakah konflik ini akan kembali diselesaikan seperti di era Pj. Bupati, atau justru dibiarkan berlarut-larut sebagai potret lemahnya kepemimpinan dalam membina generasi muda ?.